Surat Untuk Sahabat

01.08 |


Sahabat,...
Sebenarnya suatu dosa bagiku untuk melakukan hal ini. Namun, jeritan hatiku saat ini, seperti deburan ombak memukul karang. Dimana setiap deburan akan mengguncangkan sekujur tubuhku dan mendenyutkan seluruh urat nadiku, yang akhirnya aku terpaksa berbuat ini.
Yah... menulis sebuah goresan terbuka untukmu, semoga pada saat ini kau dapat membacanya.
Sahabat,.....
Sebenarnya aku ingin membuat goresan ini lebih pagi, namun hal ini tetap kupendam, selayaknya menunggu matahari pagi dalam alam yang berkabut.
Sahabat,.....
Mungkin sampai detik inipun, kau tiada mengetahui hatiku ini yang sebenarnya. Meskipun aku ini diam,... dan diam,   namun hatiku menangis.... menjerit.
Sungguh aku tak menduga sebelumnya, dalam penantianku ini, tiba-tiba kau melarikan diri dari kenyataan. Yang buruk buat kau dan lebih buruk lagi bagiku.
Ah, bila hal ini terus kubayangi dalam alam pikiranku yang penuh khayalan ini, yah...seolah olah dunia ini makin sempit buat penghidupanku. Sungguh tiada kuduga bahwa hal ini akan kualami dengan segala kegagalan. Seandainya aku lebih berani dari kenyataan mungkin hal seperti ini tak akan kualami separah ini.
Kini aku akan pergi... yah...Pergi dengan keparahan yang terlalu dalam dari suatu benih cinta yang mati sebelum ada penghidupan.
Di antara kepingan kepingan hatiku kini, ku minta ketulusanmu untuk mendoakan kepergianku, kepergian seorang rekan bersama angin lalu. Dan entah kemana hatiku ini akan kubawa serta. Dan kulangkahkan jejak jejakku entah kemana.....
Comments
1 Comments

1 komentar :

Anonim mengatakan...

good ^^

Posting Komentar